PK5 Demo, Ipong Dituding Bupati Diktator

PONOROGO (TEROPONGREYOG) - Kebijakan Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni yang melarang pedagang kecil (PK5) berjualan serta mematok harga stand yang kelewat mahal dalam Grebeg Suro tahun 2016 ini berbuah kecaman. Reaksi keras utamanya datang dari para pedagang kecil yang biasa mencari nafkah di Alun-alun Ponorogo. Langkah Ipong ini bahkan disebut- sebut sebagai kebijakan yang tak pro rakyat dan sebagai salah satu bukti bupati diktator.

Supri Hidayat ketua Paguyuban Ngudi Boga menilai kebijakan ini bukti bahwa Bupati Ipong tidak berpihak terhadap rakyat kecil. Bahkan, sikap Bupati Ponorogo ini dinilai layaknya sang penguasa yang tega menindas rakyatnya. “Bupati Ipong adalah seorang diktator,” sebut Supri Hidayat, Selasa (28/9/2016).

Supri menyayangkan, di tengah kondisi perekonomian sedang lesu, Bupati Ipong malah tidak melihat kondisi pedagang aloon-aloon. Menurutnya, Bupati hanya melihat dan mementingkan kebaikan dimata orang lain (bukan warga Ponorogo).

Orang nomor satu di Kota Reyog itu dinilai tidak melihat bagaimana masyarakatnya di aloon  aloon ini bisa makan atau tidak. “Saya sendiri sampai tidak sampai hati untuk melihat keadaan di Aloon-aloon saat ini. Kasihan mereka teman-teman saya sangat kasihan,”ungkapnya.

Supri lantas mengingat- ingat kembali dengan apa yang dijanjikan Ipong semasa kampanye pilkada kemarin. Hal itu tidak sesuai dengan janji Bupati Ipong saat sarasehan dengan paguyuban pedagang yang tidak akan mengganggu dan mengurangi rejeki pegadang Aloon-aloon khususnya Ngudi Boga.

“Sangat prihatin. Tidak sesuai dengan apa disampaikan Bupati saat sarasehan, bahwa bupati tidak akan mengurangi rejeki orang-orang pedagang di Aloon-aloon khusus paguyuban ngudi boga. Slogannya Emoh Ngapusi Emoh Korupsi. Tapi kalau kabeh di tangani dwe opo bedane. Janji tidak akan menggangu malah sekarang berbohong,” sebutnya.

Anggotanya yang berjumlah 258 pedagang mayoritas warga asli Ponorogo dalam grebeg suro tahun ini harus gigit jari lantaran, tidak kuat membeli harga sewa stand setiap tenda yang kelewat mahal. Mereka hanya bisa jualan dua hari setelah mereka menggelar demo hari Jum’at, itupun cukup diluar area Aloon-aloon.

Menurutnya, pemda seakan tutup mata tidak pernah melihat keadaan ekonomi lesu. Sebab, di Ponorogo tidak ada yang bisa diandalkan. “Industri mati semua baik pabrik kere, plastik, rokok maupun pabrik tepung tajug. Mayoritas petani gurem. Hanya TKW saja yang menjadi andalan. Jadi yang bisa membeli itu adalah sebagian orang saja,” sebutnya.

Banyak masyarakat Ponorogo yang menganggur padahal mereka dituntut untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sehingga untuk makan saja sulit apalagi untuk jajan di Alun-alun sudah lesu. “Untuk memikirkan kebutuhan sehari-hari saja masih repot, lakok di alun-alon pedagang kecil yang hanya  memiliki kemampuan tidak seberapa malah disuruh membeli tempat yang mahal, ,” ungkapnya.

Sikap Bupati Ipong menurut Hidayat tidak memiliki belas kasihan dan sangat mematikan rakyat kecil. “Apakah tidak kasihan, Saya yakin pak Ipong kaya tapi jangan mencekik kehidupan dasar, kekuatan ekonomi Ponorogo itu pada dasar juga dari orang kecil seperti kami,” sebutnya.

Padahal menurutnya, selama ini paguyuban pedagang ngudi boga telah banyak memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah. “Pariwisata itu apa yang diandalkan, tidak ada, Ngebel apa yang didapat, tapi setiap hari di Aloon-aloon kami memberikan masukan ke Pemda, tetapi kontribusi Pemda ke kita-kita tidak ada, tidak ada sama sekali kontribusi ke pedagang kaki lima, padahal kami memberikan banyak termasuk retribusi,” ungkapnya.

Dirinya menceritakan, Ngudi Boga sebenarnya juga diajak rapat tentang Grebeg Suro. Namun, menurutnya hasil keputusan sudah barang jadi. “Yang bisa ikut ya yang bisa beli punya modal banyak. Ngudi boga juga boleh tapi kan harganya gak kuat, kalau seperti ini caranya, namaya bukan ekonomi kerakyatan, tapi ekonomi kebangsatan,” jeritnya.

Lanjut Supri, kalau ingin menampilkan stand yang bagus dan rapi pedagang sebenarnya siap. “Tujuan ingin tampil lebih bagus itu boleh aja tapi ya kalau tidak memikirkn rakyat kecil apa gunanya seorang pemimpin. Padahal bisa saja tampil yang bagus tapi tetap peduli rakyat tinggal Bupati punya hati atau tidak,” katanya.

Soal kerapian tenda, pedagang siap mengikuti aturan. Namun harganya harusnya menjangkau menempati tempat itu. “Kalau tenda orang luar sangat memberatkan, orang tenda rapi tidak harus seperti itukan tendanya,” keluhnya.

“Tenda dari  luar seperti ini dikontrak dari sana juga sudah minta hasil, EO juga minta hasil dan mungkin lain juga kebagian jadi harga melambung. Dari teman-teman sendiri kalau diserahi pasang terop bisa dipasang rapi juga bisa, harga terjangkau, tidak terlalu payah,” sebutnya.

Sebagai pedagang yang lama di Aloon-aloon, Ngudi Boga mendapat perlakukan yang berbeda. Jika yang lain dapat subsidi Ngudi Boga malah tidak. “Harusnya dapat subsidi seperti yang lain, seperti perupa dan sebagainya. Kalau dipikir harian mereka tidak memberikan pemasukan, hanya event tampil dan selalu disubsidi,” keluhnya.

Pihaknya pun mengaku selalu taat dengan apa yang menjadi kebijakan Pemkab Ponorog selama ini. “Selama 14 tahun berdiri tidak pernah melangggar aturan. Kami sering ikut kegiatan kerja bakti serta juga menjaga komitmen, termasuk perintah bongkar pasang,” sebutnya.

Dengan tiadanya pasar malam ini, sebagian besar anggota ngudi boga menganggur. “Nganggur tidak bisa jualan ya mengeluh,” katanya.  “Sekarang kami tidak jualan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja berat, belum lagi tanggungan yang lain, harus pinjam sana sini, mau mengembalikan dari mana kalau tidak jualan,” kisanya.

Pihaknya berharap, kedepan kejadian ini tidak terulang lagi. Dia berharap, Bupati Ipong terbuka mata hatinya terhadap rakyat kecil. Sejak dulu hingga sekarang baru kali ini ada Bupati yang menurut Supri tidak pro wong cilik.

“Baru di jaman Pak Ipong ini, sejak lama baru sekali ini ada yang seperti ini tidak mau memikirkan orang kecil,” katanya. “Kalau bisa jangan diulang lagi, kalau pemimpin masih mau memikirkian rakyatnya, diatur bagaimanapun mau jangan memberatkan,” sebutnya. (warok)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PK5 Demo, Ipong Dituding Bupati Diktator"

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.