Senin 8 Juni 2015, Awal Sejarah Ponorogo Bebas Prostitusi

PONOROGO (TEROPONGREYOG) - Tentunya banyak pihak yang menginginkan tempat maksiyat seperti lokalisasi pelacuran atau prostitusi untuk di hapuskan dari muka bumi ini. Karena jelas-jelas melacur, menjajakan diri untuk kepuasah sexual dengan dalih mencukupi kebutuhan hidup atau apapun itu melanggar norma agama. Selain itu dampak dari adanya prostistusi ini sangat dirasakan terutama bagi keluarga yang sedang ada masalah.

Tidak sedikit pria baik-baik yang terkena imbas dari prostotusi karena fasilitas maupun lokasi yang dekat dan mudah dijangkau, sehingga mereka terjerumus ke lubang hina ini.

Tentunya saat ini masyarakat Ponorogo mulai merasa nyaman karena apa yang menjadi ganjalan, atau borok di Kabupaten yang terkenal dengan Kota Santri ini sudah resmi di tutup. Lokalisasi Kedung Banteng yang berada di Kecamatan Sukorejo, inilah lokalisasi WTS yang kemarin, Senin 08 Juni 2015 resmi ditutup oleh pemerintah melalui Menteri Sosial. Yang langsung dipimpin oleh Hj. Khafifah Indar Parawansa.

Dia mengatakan bahwa dalam deklarasi penutupan lokalisasi Kedung Banteng akan langsung meresmikan penutupan Lokalisasi WTS Kedung Banteng. Dia berpesan dengan berbagai masalah yang ada untuk tidak selalu menyalahkan kaum wanita atau WTSnya saja. Karena kaum laki-laki yang jadi konsumen itu juga layak disalahkan.

Dalam deklarasi penutupan Lokalisasi WTS Kedung Banteng ini ditandai dengan Pemukulan Goong sebagai tanda lokalisasi yang ada di Kota Reyog ini resmi di tutup.

Pada kegiatan kali ini Khofifah indar Parawansa juga menyampaikan bahwa di jatim terdapat sekitar 7100 WTS yang tinggal 87 lokalisasi.  Namun saat ini sebanyak 86 sudah dilakukan penutupan dan tinggal satu yaitu Mojokerto.

Tentunya banyak hal yang menjadi pertimbangan pemerintah paska penutupan. Seperti di Ponorogo ini pemerintah menggelontorkan dana bantuan kepada exs PSK berupa jatah hidup selama 3 bulan Rp 1.800.000, pesangon kedepan sebesar Rp.3.050,000, uang transpor Rp.250.000,-.
  
Selain itu Messos juga menggelontorkan bantuan 40 program Kelompok Bersama PKH masing masing Rp.20.000.000,-, 35 Kelompok Bersama masing-masing Rp 20.000.000,- , serta 100 usaha produktif dengan nilai masing-masing Rp 3.000.000,- (warok)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Senin 8 Juni 2015, Awal Sejarah Ponorogo Bebas Prostitusi"

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.